Friday, February 24, 2012

Sunset Wish



Sunset Wish

“Aku berangkaaaat!”
Langkah pertamaku keluar dari rumah seketika disambut oleh angin yang dingin. Aku berhenti sejenak, memandang ke atas. Orange, warna langit sore hari ini. “Sudah mulai ya, musim gugur..” Senyumku mengembang. Aku pun melanjutkan langkahku.
Stasiun kereta. Aku mengambil pocket camera dari dalam tas. Kuedarkan pandangan ke sekelilingku. Tidak begitu ramai. Ada beberapa siswi SMA yang sedang mengobrol dengan asyiknya. Tidak jauh dari mereka, seorang bapak sedang duduk sambil membaca koran dengan briefcase di sampingnya, tipikal pegawai kantoran.
Tidak berapa lama terdengar suara kereta yang melambatkan lajunya, seperti gemuruh. Terus melambat dan pada akhirnya berhenti. Pintu kereta pun terbuka. Beberapa penumpang turun dari kereta tersebut. Aku segera mencari view yang bagus untuk kuabadikan. “Ah, yang itu sepertinya keren!”

*Piip*

***

Kita berdua duduk bersebelahan, tiga puluh menit dalam diam. Bukan karena tidak saling mengenal, tapi karena memang kita sedang hanyut dalam perasaan masing-masing.
“Jangan menangis.”
He? Kenapa aku harus menangis? Baka,” jawabku dengan wajah kesal.
Meski kita tak saling berhadapan, aku tahu dia tersenyum. Mungkin dia juga tahu kalau aku berbohong. Aku melihat jam tanganku. 5:05 pm. “Sebentar lagi, ya..”
        Di pintu kereta dia berdiri, guitar case di pundak, dan sebuah tas jinjing hitam berukuran sedang di tangan kanannya. Tidak ada kata yang bisa kuucapkan, bahkan sekedar ‘jaga diri, ya’ pun aku tidak bisa. Entah bagaimana wajahku terlihat sekarang.
        “Eh?”
       Dia memberikan guitar casenya padaku. Karena lumayan berat dan sangat tiba-tiba, aku harus memeluknya dengan kedua tanganku. Apa.. ini? Aku masih tidak mengerti apa maksudnya. Sambil tersenyum lebar, tangannya mengacak-acak rambutku. Iya, dia selalu tahu apa yang membuatku kesal dan sengaja melakukannya.
      Pintu kereta perlahan tertutup. Dia masih berdiri di tempatnya. Kereta pun mulai berjalan. Dengan sedikit berlari aku mengikutinya. Dari jendela kereta dia masih terlihat, melambaikan tangan. Aku pun melakukan hal yang sama. Aku terus berlari sampai pada akhirnya harus berhenti, di titik aku tidak bisa lagi mengejarnya. Kupeluk erat gitar miliknya dengan kedua tanganku. Dia menghilang di matahari yang terbenam.

***

          BRUKKK!
Aku tersadar dari lamunanku. Seorang anak laki-laki terjatuh setelah menabrakku. “Kau tidak apa-apa?” Anak itu mengangguk pelan dan segera berlari  menghampiri ibunya yang tersenyum ke arahku.
Aku melihat di sekitarku. “Hee.. Keretanya sudah pergi ya? Fotonya..” Selama itukah aku melamun tadi? Aku terus menyalahkan diriku sendiri.
Kamera masih di genggamanku. Hanya satu foto yang kudapat. Kereta di sebelah kanan, tempat duduk untuk menunggu di sebelah kiri, dan tampak matahari yang mulai terbenam diantaranya. “Matahari terbenam.. ya?”
      Aku mengingatnya. Lagu pertama yang dia ciptakan pada hari itu. Lagu yang ia nyanyikan dengan wajah hangatnya. Aku mengingatnya, semua. Perasaan berat ini kembali muncul.
     The answer you gave me, first love that you brought me, amazora ni hoshitachi ga..
Hei, apa kau mendengarnya, Toru?

***

      Tanpa kusadari langit sudah semakin gelap. Aku memandangi laut yang terlihat dari tempat ini. Angin yang dingin kembali berhembus. Kupejamkan mata. Semua memori di hari itu kembali terbuka. Di sana, janji yang kita ucapkan. Aku selalu merasa lebih kuat jika mengingatnya. Ya, aku akan baik-baik saja, karena aku akan selalu bertemu denganmu saat memejamkan mata ini.
Kubuka mataku perlahan. Tanpa sadar aku menghela nafas panjang. Semua akan berjalan seperti biasa, kuyakinkan diriku. Sunset di laut itu terasa begitu jauh. “Foto terakhir untuk hari ini..”

          *Piip*






________________________________________


#YUI17Melodies project based on YUI's song, I remember you.


the song lyric is taken from Living Dolls by ONE OK ROCK.



No comments: